“Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan”

9:41 PM

(Kel 11:10-12.14; Mat 12:1-8)

“ Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Mat 12:1-8)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Apa yang disebut persembahan dalam perjanjian lama antara lain adalah pelaksanaan aturan memberi derma sepersepuluhan, dimana orang harus mempersembahkan sepersepuluh dari penghasilannya kepada Tuhan melalui paguyuban umat beriman atau kalau sekarang berarti Gereja, tidak lebih dan tidak kurang seperspuluh dari penghasilannya harus dipersembahkan kepada Tuhan. Hasil pengumpulan sepersepuluhan tersebut digunakan untuk kehidupan para petugas paguyuban umat, ibadat serta bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Yesus menghendaki belas kasihan artinya hendaknya mempersembahkan lebih dari itu, atau bahkan seluruhnya dipersembahkan, lebih-lebih selanjutnya difungsikan untuk membantu mereka yang miskin dan berkekurangan. Dengan kata lain kita diingatkan untuk membantu mereka yang miskin dan berkekurangan hendaknya mengabaikan peraturan bukan berarti melanggar melainkan mengatasi peraturan, Belas kasihan hendaknya mengatasi peraturan atau mendasari peraturan, dengan kata lain atas dasar belas kasih atau cintakasih hendaknya orang tidak takut untuk bertindak, meskipun secara formal mungkin dikatakan tidak sesuai dengan peraturan, karena melebihi peraturan yang berlaku. Maka hendaknya dalam berbuat baik kepada saudara-saudari kita tidak perlu minta izin, kapanpun dan dimanapun ada kesempatan untuk berbuat baik, hendaknya segera dilaksanakan tanpa ditunda-tunda; itulah artinya kita percaya bahwa “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”. Hari Sabat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat, peraturan untuk manusia, bukan manusia untuk peraturan. Belas kasih atau cinta kasih itu bebas dan tidak terbatas. Hari ini kita kenangkan St.Bonaventura, nama yang berarti mendatangkan kebaikan atau kebaikan sedang datang. Maka semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun dapat menjadi warta baik bagi siapapun.

· “Beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN. Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.” (Kel 12:11-12), demikian kutipan perihal tata tertib merayakan Paskah pada masa itu. Yang penting atau isi pokok dalam tata tertib itu adalah Paskah, yang berarti Tuhan lewat, hadir menunjukkan kuasaNya, maka dalam kebersamaan (makan) tersebut yang berkuasa adalah Tuhan. Dengan kata lain Tuhan lebih utama dan harus lebih diutamakan daripada tata tertib. Tata tertib berfungsi bagi manusia sebagai bantuan untuk semakin ‘ber-Tuhan’ alias semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Tata tertib dan budi pekerti luhur hemat saya bagaikan uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan: mereka yang berbudi pekerti luhur akan semakin setia dan taat melaksanakan aneka tata tertib, sebaliknya semakin setia dan taat pada tata tertib berarti semakin berbudi pekerti luhur. Maka baiklah kita hayati aneka tata tertib dengan sepenuh hati dan utuh, tidak sepotong-sepotong, dan hendaknya bersikap positif terhadap aneka tata tertib. Jika berkehendak merubah tata tertib hendaknya tata tertib tersebut dilaksanakan lebih dahulu sebelum dirubah, dan ketika dalam pelaksanaan merasa ada yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan atau melanggar cintakasih, baiklah tanpa takut kita merubahnya.

“Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan atas segala kebajikanNya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan” (Mzm 116:12-13)

oleh Rm. I. Sumarya .SJ.

Sumber: Ekaristi.org

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Subscribe