Pujian adalah Madu yang Menyegarkan dan Juga Racun yang Mematikan!!!

2:30 AM

[kompasiana] Pujian kalau disikapi dengan baik, maka akan bagaikan madu yang menyegarkan. Namun bila disikapi dengan keangkuhan hati, maka akan bagaikan racun yang mematikan…

Saat perjalanan pulang dengan berjalan kaki, saya melewati sekelompok gadis yang sedang duduk di depan kontrakannya, saya tertunduk malu dan mempercepat langkah. Sekilas saya mendengar ada yang berkata,”Wah, ganteng juga nih cowok dan cool banget!”

Sambil menggoda. 

Saya semakin grogi dan mempercepat langkah, agar bisa cepat-cepat menjauh. Tapi sebenarnya dalam hati saya berbunga-bunga dan pikiran saya melambung tinggi mendengar perkataan itu.

Sesampai di rumah, tanpa malu-malu saya berdiri tegak di depan cermin sambil tersenyum sendiri menatap wajah saya dan enggan beranjak. “Saya memang ganteng kok!”

Seharian saya memikirkan diri sendiri dan tersenyum tiada habisnya.

Itu kejadian saat saya masih muda dulu dan itu hanya sekadar contoh bahwa setiap manusia pada dasarnya memang senang dipuji.

Kalau ada yang mengatakan, bahwa ia tidak butuh pujian, mungkin sedang ada masalah kejiwaan atau memang sudah mencapai kesadaran tingkat tinggi. 

Hanya manusia yang telah mencapai kesadaran tinggi yang tidak terpengaruh oleh pujian.

Khususnya dalam bidang kepenulisan, mungkin seringkali kita menerima pujian dari para sahabat. Baik pujian yang tulus maupun sekadar basa-basi.

Tak sedikit karena pujian ini, secara sadar membuat kita semakin bergairah untuk terus menulis. Pujian yang datang bagaikan madu yang begitu menyegarkan dan memberikan energi untuk melahirkan ide dan menguatkan jemari kita untuk terus menari-nari membentuk kata demi kata.

Oleh karena pujian yang datang dari sana-sini semangat kita menjadi berlipat-lipat untuk terus menulis dan semakin berusaha lebih baik lagi.

Pujian benar-benar bagaikan minuman berenergi yang segera dapat menambah gairah. Karena itu, jangan segan-segan memberikan pujian kepada seorang teman secara tulus dan proposional.

Namun sebaliknya, tak jarang pujian bisa melenakan bagaikan racun yang mematikan. Oleh karena pujian kita menjadi puas dan berbangga diri. Kemudian terjebak dalam keangkuhan.

“Tuh, kan. Kata orang-orang tulisan saya bagus! Hanya kamu aja yang bilang gak bagus, dasar payah!”
Begitu selalu kita membanggakannya dan enggan menerima bila ada yang memberikan kritikan, sehingga kita enggan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan. Karena kita merasa sudah hebat dalam pujian-pujian.
Selanjutnya kita enggan menerima kritikan dan selalu mengharapkan pujian. Walaupun pujian yang ada hanyalah pujian palsu.

Ketika kita menyadari, ternyata tulisan kita tidak sebagus yang dipuji orang, yang ada kemudian adalah kemarahan dan menyalahkan orang lain. Bisa ditebak apa yang terjadi kemudian.
Berhenti menulis!

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Subscribe