Unsur Seks dalam Iklan: Masihkah menjual?

2:17 AM

Penggunaan unsur seks dalam iklan produk sudah digunakan hampir 1 abad lalu. Pertama-tama, penggunaan unsur seks dalam iklan, seperti wanita dgn pakaian yang terbuka di bagian bahu hingga pinggul, digunakan untuk produk rokok. Fakta yang menarik adalah pada tahun 1885 perusahaan tembakau W. Duke & Sons menggunakan unsur seksual pada tiap kemasannya, dan pada tahun 1890 perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang paling unggul. Sama hal yang dengan Jovan Musk Oil, perusahaan parfum, yang mempromosikan produknya dengan iklan yang berbau sensual pada tahun 1971, penghasilannya meningkat drastic. Awalnya menghasilkan 1.5 Juta dolar di tahun 1971 menjadi 77 juta dolar di tahun 1978 (Sloan & Millman, 1979).
Penelitian dari Gallup & Robinson, sebuah biro riset marketing dan periklanan dalam penelitiannya menguji efektivitas iklan pada 50 tahun terakhir, menunjukkan bahwa iklan yang mengkomunikasikan unsur erotis adalah iklan yang cukup “menjual”.
Bagaimana sih bentuk unsur seksual itu sendiri di dalam iklan? Reichert & Lambiase menyebutkan bahwa ada 5 jenis cara mensisipkan unsur-unsur seksual di dalam iklan, yaitu:

1. Nudity/dress
Menampilkan model dengan pakaian yang vulgar

2.Sexual behavior
Perilaku yang menjurus ke arah seksual, seperti, pose dan gerakan tubuh yang ‘menggoda’. Adapun interaksi antar 2 orang atau lebih yang menjurus ke arah perilaku seksual, seperti memeluk, mencium, dan hal-hal lainnya yang menjurus.

3. Physical attractiveness
Ketertarikan fisik yang ditonjolkan dengan kecantikan/keanggunan dari si fisik si model yang seksi.

4. Sexual referents Menampilkan suasana yang menampilkan arti ‘seksualitas’. Seperti setting cahaya yang remang-remang atau musik yang merepresentasikan keseksian (biasanya musik jazz tertentu).

5. Sexual embeds
Konten yang diinterpretasikan secara seksual oleh alam bawah sadar kita. Seperti benda-benda yang jauh dari kesan seksual namun dapat dikonotasikan sebagai salah satu bagian tubuh pria/wanita

Melihat sejarah, memang penggunaan unsur seks dapat ‘menjual’ produk ataupun merek yang dijual. Namun apakah masih relevan di zaman sekarang? Bila Merujuk pada artikel psychologytoday,ternyata  jawabannya: tidak.

Mengapa begitu?
Berdasarkan riset di Iowa, Amerika Serikat, yang melibatkan partisipan yang berumur 18-54 tahun, terbukti bahwa penggunaan unsur seksual atau bahkan unsur kekerasan di dalam program televise ternyata tidak meningkatkan memori mereka mengenai produk yang dijual. Hal tersebut dijelaskan bahwa orang lebih memperhatikan bagian seksual atau kekerasan yang ditampilkan daripada produk yang diiklankan. Bushman (2005) juga menegaskan bahwa seks tidaklah menjual. (Khrisnaresa)

Sumber:
Reichert, T. & Lambiase, J. 2003. Sex in Advertising: Perspectives on the Erotic Appeal. USA: Routledge




You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Subscribe